Young Man and Apple
a
story of a young man eating an apple, about what is behind the apple.
Apparently, besides containing many vitamins, apples also contain many
nutrients for heart health. Without a lot of small talk, we consider the
efficacy of these apples ...
Several
centuries ago, in the final period tabi'in. In a way, in one of the suburbs of
Kufah, walk a young man. Suddenly he saw an apple fall from a tree, out of the
large garden plot. The young man also reached out picking the apples that look
fresh. Calmly, he ate it.
The
young man was Thabit. The new half of the bite, then swallow, he tersentaklah.
The apple was not hers! How could he ate something that did not belong? Finally
the young man hold the rest of the apple half and went in search of the keeper.
After the meeting, he said: "O servant of Allah, I've spent half of this
apple. Do you want to forgive me? "The guard replied:" How can I
forgive you, while I am not the owner. Entitled to forgive is the owner of this
apple orchard. "" Where is the owner? "Asked Thabit." Her
home away about five miles from here, "said the guard.
Then
the young man went to see the owner's garden willingness to ask because she had
eaten the apple-owned planters tersebut. The last young man arrived at the door
of the owner's garden. After greetings and answered, Thabit said in a state of
anxiety and fear: "O servant of Allah, do you know why I came here?"
"No," said the owner of the garden. "I came to ask for your
willingness to half apple yours I found and I ate. This is half again.
"" I will not forgive you, for the sake of Allah.
Unless
you accept the terms of me, "He said. Tsabit asked:" What condition,
O servant of Allah? "Said the owner of the garden:" You must marry my
daughter. "The boy was astonished and said:" What exactly is included
terms? You forgive me and I marry your daughter? This is a great boon.
"The farm owner continued:" If you accept, then I forgive you.
"Finally the young man said:" Well, I have received.
"The
owner of the garden said also:" So I am not considered rip, let me say
that my daughter was blind, deaf, mute and paralyzed unable to stand. "The
young man once again surprised. However, what may make, half the apples that
are swallowed, where will he find instead that the owner asked for compensation
or sue before the Judge of the Most Fair? "If you want, come after 'Isha
so can you meet your wife," said the owner of the garden ,
The
young man as if driven into the midst of a fierce battle. With the weight she
stepped into her room and gave salam.Sekali again outstanding young man
surprised. Suddenly he heard a melodious voice that answered his greeting. A
woman stood up to shake his hand. The young man was still surprised confusion,
said in-law, her daughter was blind, deaf, mute and paralyzed.
But
this girl? Who could this be? Finally he asked who she was and why he says so
much about the princess. His Wife behind asked: "What did my father?
"Said the young man:" Your father said you're blind. "" By
God, he does not lie. Really, I never look at anything wrath of Allaah. "
"Your
father said you're dumb," said the boy. "My father was right, for the
sake of Allah. I never uttered one sentence that makes the wrath of Allah
Subhanahu wa Ta'ala. "" He said you're deaf. "" Dad's
right. By Allah, I have never heard except all that in it there is the pleasure
of Allah Subhanahu wa Ta'ala. "" He said you're paralyzed.
"" Yes. Because I had never set foot in this except me blessed place
to Allaah. "The young man looked at his wife's face, which is like a full
moon. Not long out of the marriage, was born a slave of Allaah righteous, which
meets the world with science and piety.
The
baby was given the name Abu Hanifah An-Numan bin Thabit rahimahullahu.Duhai, if
only young Muslims today imitate youth Thabit, father of Al-Imam Abu Hanifa.
Duhai, assuming the pemudinya as the mother, in the 'blindness, silence,
deafness, and kelumpuhannya'.Muslim Young ... That is the perspective of the
righteous people of this world.
"He
who fear Allah, He will give him a way out, and give him good luck from the
direction of the unexpected" (Ath-Thalaq: 2-3)
*
The kindness and good deeds of both parents, has a great influence terhadapa a
child's development, and beneficial to them, both in this world and in the hereafter.
Similarly, bad deeds and sins committed by both parents, have a negative impact
on children's education.
Pemuda dan
sebuah apel
sebuah kisah dari
seorang pemuda pemakan apel, kira-kira ada apa dibalik buah apel tersebut.
Ternyata, disamping mengandung banyak vitamin, buah apel juga mengandung banyak
nutrisi untuk kesehatan hati. Tanpa banyak berbasa-basi, kita simak khasiat
dari buah apel ini…
Beberapa abad lalu, di
masa-masa akhir tabi’in. Di sebuah jalan, di salah satu pinggiran kota Kufah,
berjalanlah seorang pemuda. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh dari
tangkainya, keluar dari sebidang kebun yang luas. Pemuda itu pun menjulurkan
tangannya memungut apel yang nampak segar itu. Dengan tenang, dia memakannya.
Pemuda itu adalah
Tsabit. Baru separuh yang digigitnya, kemudian ditelannya, tersentaklah dia.
Apel itu bukan miliknya! Bagaimana mungkin dia memakan sesuatu yang bukan
miliknya? Akhirnya pemuda itu menahan separuh sisa apel itu dan pergi mencari
penjaga kebun tersebut. Setelah bertemu, dia berkata: “Wahai hamba Allah, saya
sudah menghabiskan separuh apel ini. Apakah engkau mau memaafkan saya ?
”Penjaga itu menjawab: “Bagaimana saya bisa memaafkanmu, sementara saya bukan
pemiliknya. Yang berhak memaafkanmu adalah pemilik kebun apel ini.”“Di mana
pemiliknya?” tanya Tsabit.“Rumahnya jauh sekitar lima mil dari sini,” kata si
penjaga.
Maka berangkatlah
pemuda itu menemui pemilik kebun untuk meminta kerelaannya karena dia telah
memakan apel milik tuan kebun tersebut.Akhirnya pemuda itu tiba di depan pintu
pemilik kebun. Setelah mengucapkan salam dan dijawab, Tsabit berkata dalam
keadaan gelisah dan ketakutan: “Wahai hamba Allah, tahukah anda mengapa saya
datang ke sini?”“Tidak,” kata pemilik kebun.“Saya datang untuk minta kerelaan
anda terhadap separuh apel milik anda yang saya temukan dan saya makan. Inilah
yang setengah lagi.”“Saya tidak akan memaafkanmu, demi Allah.
Kecuali kalau engkau
menerima syarat aku,” katanya.Tsabit bertanya: “Apa syaratnya, wahai hamba
Allah?”Kata pemilik kebun itu: “Kamu harus menikahi putriku.”Si pemuda
tercengang seraya berkata: “Apa betul ini termasuk syarat? Anda memaafkan saya
dan saya menikahi putri anda? Ini anugerah yang besar.”Pemilik kebun itu
melanjutkan: “Kalau kau terima, maka kamu saya maafkan.”Akhirnya pemuda itu
berkata: “Baiklah, saya terima.
”Si pemilik kebun
berkata pula: “Supaya saya tidak dianggap menipumu, saya katakan bahwa putriku
itu buta, tuli, bisu dan lumpuh tidak mampu berdiri.”Pemuda itu sekali lagi
terperanjat. Namun, apa boleh buat, separuh apel yang ditelannya, kemana akan
dia cari gantinya kalau pemiliknya meminta ganti rugi atau menuntut di hadapan
Hakim Yang Maha Adil?“Kalau kau mau, datanglah sesudah ‘Isya agar bisa kau
temui istrimu,” kata pemilik kebun tersebut.
Pemuda itu seolah-olah
didorong ke tengah kancah pertempuran yang sengit. Dengan berat dia melangkah
memasuki kamar istrinya dan memberi salam.Sekali lagi pemuda itu kaget luar
biasa. Tiba-tiba dia mendengar suara merdu yang menjawab salamnya. Seorang
wanita berdiri menjabat tangannya. Pemuda itu masih heran kebingungan, kata
mertuanya, putrinya adalah gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.
Tetapi gadis ini?
Siapa gerangan dia? Akhirnya dia bertanya siapa gadis itu dan mengapa ayahnya
mengatakan begitu rupa tentang putrinya.Istrinya itu balik bertanya: “Apa yang
dikatakan ayahku? ”Kata pemuda itu: “Ayahmu mengatakan kamu buta.”“Demi Allah,
dia tidak dusta. Sungguh, saya tidak pernah melihat kepada sesuatu yang
dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Ayahmu mengatakan
kamu bisu,” kata pemuda itu.“Ayahku benar, demi Allah. Saya tidak pernah
mengucapkan satu kalimat yang membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala murka.”“Dia
katakan kamu tuli.”“Ayah betul. Demi Allah, saya tidak pernah mendengar kecuali
semua yang di dalamnya terdapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.”“Dia katakan
kamu lumpuh.”“Ya. Karena saya tidak pernah melangkahkan kaki saya ini kecuali
ke tempat yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.”Pemuda itu memandangi wajah
istrinya, yang bagaikan purnama. Tak lama dari pernikahan tersebut, lahirlah
seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shalih, yang memenuhi dunia dengan
ilmu dan ketakwaannya.
Bayi tersebut diberi
nama Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit rahimahullahu.Duhai, sekiranya pemuda
muslimin saat ini meniru pemuda Tsabit, ayahanda Al-Imam Abu Hanifah. Duhai,
sekiranya para pemudinya seperti sang ibu, dalam ‘kebutaannya, kebisuan,
ketulian, dan kelumpuhannya’.Muslim Muda…Demikianlah cara pandang orang-orang
shalih terhadap dunia ini.
“Barangsiapa bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rizki
dari arah yang tidak disangka-sangka” (Ath-Thalaq: 2-3)
*Kebaikan dan amal
shalih kedua orang tua, memiliki pengaruh yang besar terhadapa perkembangan
seorang anak, dan bermanfaat bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat.
Demikian pula amal buruk dan dosa-dosa besar yang dilakukan oleh kedua orang
tua, memiliki dampak negatif terhadap pendidikan anak.
Glosarium
Efficacy : Khasiat /
Kemanjuran
Willingness :
Kesediaan
Consider :
mempertimbangkan
Several : Beberapa
Orang
Servant
of Allah : Hamba Allah
Uttered
: Mengucapkan
Paralysed : Dilumpuhkan bisa juga melumpuhkan