Kamis, 30 April 2015

Bahasa Arab Mudhafun ilaih

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sesuatu yang tidak tepisahkan dari manusia. Ia mengikuti setiap pekerjaannya, mulai dari bangun, beraktivitas, sampai pada waktu beristirahat. Bahkan di saat tidur pun terkadang seseorang menggunakan bahasanya.[1][1]
Setiap suku atau bangsa yang ada di alam ini, mempunyai bahasa tersendiri, dan bahasa itulah yang dipakai mereka berkomunikasi. Karenanya, secara internasional, ditemukanlah beberapa macam bahasa, seperti bahasa Inggris, Francis, Jerman, Arab, Indonesia, Melayu, Urdu, dan sebagainya.
Bahasa Arab merupakan bahasa Semit dimana memiliki ciri-ciri yang sangat memukau pada umumnya dan bahasa Arab khususnya adalah sistym pola(patron) dan akar katanya secara tipikal yang terdiri atas tiga konsonan pada suatu order tertentu atau memiliki tiga huruf mati yang dibentuk dengan jalan pemasangan rangkaian(afikasi) berupa Awalan, (prefiks) dan akhiran(sufiks) serta perubahan huruf-huruf hidup.[2][2]
Kaum muslimin telah memahami bahwa bahasa Arab merupakan Bahasa Alquran dan setiap orang muslim yang ingin menyelami ajaran islam yang sebenarnya secara mendalam, maka harus mampu menggali dari sumber asalnya, Alquran dan sunnah Rasulullah saw.
Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam, memahami bahasa Arab untuk menggali Alquran secara mendalam hukumnya fardu ‘ain. Yang menisbahkan setiap orang muslim memiliki pengetahuan agar dapat memahami ajaran Islam langsung pada sumbernya.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh umat Islam non arab termasuk yakni kesulitan mempelajari bahasa Arab. bahasa Arab dianggap masalah serius karena materi pelajarannya yang dianggap rumit dan metode pembelajarannya juga serung dianggap sulit.
Mengingat pentingnya untuk mempelajari bahasa Arab, maka dengan niat menambah ilmu penulis menyusun makalah dengan judul Mudhaf-Mudhaf Ilaih Dan Sifat-mausuf .
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan mudhaf-mudhaf ilaih
2.      Syarat-syarat mudhaf-mudhafilaih
3.      Kaidah mudhaf-mudhaf ilaih



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mudhaf-Mudhaf Ilaih
Ada beberapa pandangan mengenai mudhaf-mudhaf ilaih diantaranya;
المضف اليه هو اسمٌ نُسِبَ اِلَيهِ اسمٌ سَابِقٌ لِيَتَعَرَّفَ السَبِقٌ بِاللَّا حِقِ اَويَتَحَصَّصَ
Artinya:
Mudhaf Ilaih adalah isim yang dimajemukkan dengan isim yang sebelumnya dengan maksud menjadikannya ma’rifat atau menghususkannya.[3][3]
Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf Ilaih. 
Contoh:
بَيْتُ الْمُدَرِّسِ
(=buku guru)
بَيْتُ زَيْدٍ
(=rumah Zaid) --> Zaid = Isim 'Alam (Ma'rifah)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْمُدَرِّسِ
(=kunci rumah guru)
Mudhaf-mudhaf ilaih adalah bentuk penyandaran suatu isim dengan isim yang lain.
Contoh:

كِتَابُمُحَمَّدٍ (Bukunya Muhammad)                                  خَاتَمُذَهَبٍ (Cincin emas)
1.    Isim Isim yang pertama yaitu  كِتَابُ dan خَاتَمُ dikenal dengan istilah mudhaf.
2.    yang kedua yaitu مُحَمَّدٍ   dan ذَهَبٍ  dikenal dengan istilah Mudhaf ilaihi
Mengingat susunan idhafah adalah terdiri dari mudhaf- Mudhaf ilaihi, terkadang istilah idhafah dikenal dengan istilah mudhaf – Mudhaf ilaihi. Dimana I’rab mudhaf adalah mengikuti kedudukannya didalam kalimat adapun I’rab Mudhaf ilaihi  adalah selalu majrur.
Contoh:
كِتَابُمُحَمَّدٍمُفِيْدٌ                                (Bukunya Muhammad bermanfaat)                                
أَسْتَعِيْرُكِتَابَمُحَمَّدٍ                               (Aku meminjam bukunya Muhammad)                       
هَذِهِالْمُلاَحَظَةُمَوْجُوْدَةٌفِيكِتَابِمُحَمَّدٍ(Catatan ini terdapat di bukunya Muhammad)                         

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka mudhaf – Mudhaf ilaihi merupakan dua buah isim atau lebih dalam satu kata dimana terdapat penyandaran di antara kedua isim tersebut sebagaimana yang telah di contohkan di atas.
Macam-Macam Mudhafilaihi
أَنْوَاعُالْمُضَافِإِلَيْهِ
1.      Mu’rob
Mudhaf ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur. Contoh:

كِتَابُالْمُسْلِمِ                                  كِتَابُالْمُسْلِمَيْنِ                                كِتَابُالْمُسْلِمِيْنَ
2.      Mabni
Mudhaf ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai bentuk aslinya).
Contoh:
كِتَابُكَ (Kitabmu – laki-laki)       كِتَابُكِ (Kitabmu – wanita)

Syarat-Syarat Idhofah
شُرُوْطُالإِضَافَةِ
Syarat-syarat idhofah ada 3:
1.      Mudhaf tidak boleh ditanwin. Contoh:
حَقِيْبِةٌ = Mudhaf
مُحَمَّدٌ = Mudhaf ilaihi

Susunan idhofahnya adalah,
حَقِيْبَةُمُحَمَّدٍ                                                                                          (Tas Muhammad)
جَوَّالٌ = Mudhaf
مُحَمَّدٌ = Mudhaf ilaihi
Susunan idhofahnya adalah:

جَوَّالُمُحَمَّدٍ                                                                               (Handphone Muhammad)
2.      Membuang nun mutsanna atau jama’ pada Mudhaf.
Contoh:
كِتَابَانِ = Mudhaf
مُحَمَّدٌ = Mudhaf ilaihi

Susunan idhofahnya,
كِتَابَامُحَمَّدٍ         (Kitab Muhammad)

مُدَرِّسُوْنَ = Mudhaf
مَعْهَدٌ = Mudhaf ilaihi

Susunan idhofahnya
 (Para pengajar ma’had)
مُدَرِّسُوْمَعْهَدٍ
3.      Membuang alif lam dari Mudhaf
Contoh:
Mudhaf
Mudhaf ilaihi
Susunan idhofahnya
الرَّسُوْلُ
اللهُ
رَسُوْلُاللهِ
البَابُ
الْمَسْجِدُ
بَابُالْمَسْجِدِ
Faidah Idhofah
Faidah:
1.      Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:
a.       Bermakna مِنْ (dari)
Contoh:
(Cincin besi)
خَاتَمُحَدِيْدٍ
Makna:
(Cincin dari besi)
خَاتَمٌمِنْحَدِيْدٍ
b.      Bermakna لِ (milik)
Contoh:
(Rumah Ali)
بَيْتُعَلِيٍّ    
Makna:
(Rumah milik Ali)
بَيْتٌلِعَلِيٍّ
c.       Bermakna فِي (di dalam)
Contoh:
(Azab Kubur)
عَذَابُالقَبْرِ
Makna:
(Azab di dalam kubur)
عَذَابٌفِيالقَبْرِ
2.      Apabila Mudhaf berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan Mudhaf ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah
Contoh:
                                                                                           يَدَايَ       (Kedua tanganku)
Berasal dari يَدَانِ sebagai Mudhaf, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadi يَدَا. Mengingat يَدَا berakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim menjadi يَدَايَ .
هُدَايَ (Petunjukku) berasal dari اَلْهُدَى dan ya’ mutakallim (ي)
سِوَايَ (Selainku) berasal dari سِوَى dan ya’ mutakallim (ي)

3.      Apabila Mudhaf berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan Mudhaf ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh:
(Para pengajarku)
مُدَرِّسِيَّ
Berasal dari
مُدَرِّسِيْنَ
danya’ mutakallim (ي)
(Pengacaraku)
مُحَامِيَّ
Berasal dari
اَلْمُحَامِي
dan ya’mutakallim (ي)






0 komentar:

Posting Komentar